Minggu, 23 Maret 2014

Kajian Analisis Fenomena Penyakit DBD Berdasarkan Konsep Epidemiologi Dalam Rangka Penyelesaian Masalah Secara Efektif dan Efisien

Dinkes Tetapkan KLB 289 Kasus DBD
 Kamis, 1 November 2012 16:39 WIB




    TRIBUNNEWSCOM  KETAPANG - Sepanjang tahun 2012, jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Ketapang mencapai 289 kasus,  tujuh orang diantaranya meninggal dunia. Akibatnya dinas kesehatan Ketapang menetapkan kasus ini sebagai kejadian luas biasa (KLB).
            Kabid Pemberantasan Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) dinas kesehatan Ketapang, H Rustami SKM M Kes, mengatakan, penetapan kasus KLB tersebut lantaran, peningkatan kasus DBD pada tahun ini sudah melebihi 50 persen dari tahun sebelumnya.
            “Tahun 2011 ada 20 kasus DBD dan tidak ada yang meninggal, namun pada tahun ini baru sampai Oktober sudah mencapai 289 kasus, sementara yang meninggal dunia mencapai tujuh orang, berarti ini sudah dua kali lipat dari 50 persen,” katanya kepada Tribun Kamis (1/11).
            Rustami mengatakan, peningkatan kasus DBD yang cukup signifikan terjadi pada bulan 9 dan bulan 10 2012, karena pada musim tersebut terjadi perubahan musim, dari kemarau ke musim penghujan. “Hal ini sebenarnya juga sudah diprediksi sebelumnya, pada tahun ini akan mengalami lonjakan angka DBD, karena merupakan siklus empat tahunan,” katanya.
            Dia mengatakan, terdapat lima Kecamatan yang dinyatakan sebagai KLB, karena banyak terdapat kasus DBD, yakni kecamatan Delta Pawan, Kecamatan Benua Kayong, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kecamatan Muara Pawan dan Kecamatan Matan Hilir Utara.
            “Tertinggi di Kecamatan Delta Pawan, yang mencapai 112 Kasus, tertinggi kedua Matan Hilir Selatan 51 kasus, Benua Kayong 29 kasus, Muara Pawan 14 kasus dan Matan Hilir Utara 4 kasus satu diantaranya meninggal dunia,” jelasnya.
            Dijelaskan, Rustami, beberapa kecamatan yang dinyatakan sebagai KLB tersebut semuanya berada di wilayah pesisir. Karena wilayah pesisir pada umumnya kesulitan air bersih, sehingga masyarakatnya lebih banyak menggunakan penampungan air untuk keperluan konsumsi.
            “Rata-rata yang terkena DBD ini adalah, anak-anak yang masuk usia sekolah, mulai dari TK sampai SMP, karena anak-anak tersebut aktifitasnya lebih banyak, baik di sekitar tempat tinggalnya ataupun di sekolah mereka,” jelasnya.
            Rustami mengatakan, untuk mengatasi semakin bertambahnya kasus DBD ini dinas kesehatan sudah mengambil langkah-langkah kongkrit, diantaranya dengan melakukan abatesasi, melakukan foging dan melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat.
            “Kita mengharapkan kepada masyarakat juga untuk menjaga kebersihan lingkungannya, dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan cara melakukan 3 M, yakni menguras bak mandi, mengubur barang bekas dan menutup tempat penampungan air,” jelasnya.

Mulai Membaik
            Satu diantara pasien DBD yang dirawat di RSUD Agoes Djam Ketapang adalah, Fikri (5), bocah asal Desa Pelang Kecamatan Matan Hilir Selatan tersebut sudah tiga hari mendapatkan perawatan di rumah sakit, karena terserang DBD.
            “Anak saya masuk pada malam takbiran, dan sekarang Alhamdulillah sudah mulai membaik, sebelumnya panas tinggi, kita sudah bawa ke dokter namun belum juga turun panasnya, akhirnya oleh dokter disarankan ke rumah sakit,” kata Ai’ orang tua Fikri di temui di rumah sakit.
            Ai’ mengatakan, sebenarnya dirinya enggan anaknya dibawa ke rumah sakit dengan alasan biaya, namun dokter memaksa agar dirawat, sampai akhirnya dia harus mendapatkan perawatan secara intensif karena mengalami demam berdarah.
            Pasien lainnya, Dea (6), bocah asal Kecamatan Telok Batang tersebut juga mendapat perawatan di RSUD Agoes Djam Ketapang lantaran mengalami demam tinggi, dia juga sudah tiga hari ini berada di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. “Sekarang sudah mulai membaik, dan sudah mau main, saat pertama dulu dia lemas, saya khawatir makanya dia dibawa ke rumah sakit,” kata Norsinah nenek Dea. (ali)

Dukung Anggaran
            Wakil ketua DPRD Ketapang Budi Mateus mengatakan, dalam waktu dekat ini DPRD Ketapang akan melakukan pembahasan terhadap APBD Murni untuk tahun 2013. Kata dia DPRD akan mendorong pada dinas terkait mengalokasikan anggaran untuk penanggulangan masalah DBD.
            “Kalau tahun sebelumnya memang tidak ada alokasi khusus untuk penanggulangan DBD ini, nah tahun ini kita sarankan kepada dinas terkait bisa menganggarkannya, baik untuk pencegahan dan semuanya termasuk masalah pencegahan,” katanya.
            Budi juga mengatakan, untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan DBD memang diperlukan dana yang cukup. Tidak seperti tahun sebelumnya pendanaannya diambil dari dana tak terduga, sehingga pelaksanaannya mungkin belum bisa maksimal.
            Budi dalam kesempatan tersebut juga mengimbau kepada masyarakat untuk dapat menjaga kebersihan lingkungan rumahnya masing-masing, baik dengan cara melakukan gotong royong ataupun perseorangan, sebab diketahui bersama Ketapang termasuk daerah air.
            “Saya sendiri di sekitar lingkungan rumah saya gotong royong dengan masyarakat untuk membersihakn parit, dan ini memang termasuk dari upaya kami melakukan pencegahan DBD,” tegas Budi. (ali)



Analisis Konsep Epidemiologi

  
·         Distribusi Berdasarkan Orang
            Kelompok umur yang sering terjangkit DBD adalah anak-anak umur 4-10 tahun, tetapi dapat pula mengenai bayi dibawah umur 1 tahun. Akhir-akhir ini banyak juga mengenai orang dewasa muda umur 18-25 tahun. Laki-laki dan perempuan sama saja dapat terjangkit tanpa terkecuali.
            Faktor daya tahan anak yang belum sempurna seperti halnya orang dewasa agaknya juga merupakan faktor mengapa anak lebih banyak terkena penyakit DBD dibandingkan orang dewasa. Pada umumnya penyakit DBD yang diderita orang dewasa lebih ringan daripada anak.


·         Distribusi Berdasarkan Tempat
            DBD sering ditemukan di negara tropis, termasuk Indonesia. Menurut kasus diatas, wilayah kecamatan yang terjangakit penyakit DBD adalah di wilayah pesisir. Wilayah pesisir pada umumnya kesulitan air bersih, sehingga masyarakatnya lebih banyak menggunakan penampungan air untuk keperluan konsumsi. Kurangnya persediaan air bersih inilah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran dan penularan penyakit DBD, selain arus urbanisasi yang cepat, perkembangan pembangunan di daerah pedesaan, dan mudahnya transportasi yang menyebabkan mudahnya lalu lintas manusia antardaerah.
            Nyamuk Aedes sp yang menyenangi tempat teduh, terlindung matahari, dan berbau manusia, oleh karena itu balita yang masih membutuhkan tidur pagi dan siang hari seringkali menjadi sasaran gigitan nyamuk. Sarang nyamuk selain di dalam rumah, juga banyak dijumpai di sekolah, apalagi bila keadaan kelas gelap dan lembab. Sasaran berikutnya adalah anak sekolah yang pada pagi dan siang hari berada di sekolah.
            Disamping nyamuk Aedes aegypti yang senang hidup di dalam rumah, juga terdapat nyamuk Aedes albopictus yang dapat menularkan penyakit demam berdarah dengue. Nyamuk Aedes albopictus hidup di luar rumah, di kebun yang rindang, sehingga anak usia sekolah dapat juga terkena gigitan oleh nyamuk kebun tersebut di siang hari tatkala sedang bermain.

·         Distribusi Berdasarkan Waktu
            Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang senantiasa ada sepanjang tahun, oleh karena itu DBD disebut penyakit endemis. Penyakit ini menunjukkan peningkatan jumlah orang yang terserang setiap 4-5 tahun. Biasanya penyakit ini melonjak saat terjadi perubahan musim, dari kemarau ke musim penghujan.
            Nyamuk DBD tidak sembarangan dalam menggigit korbannya. Terdapat jam biologis yang membuatnya lebih aktif pada jam-jam tertentu. Nyamuk DBD beroperasional saat dia lapar, di pagi dan sore hari. Pagi hari setelah subuh sampai dengan pukul 08.00 hingga 09.00 nyamuk mencari makan dan beristirahat sejenak. Tempat istirahat nyamuk biasanya di baju-baju yang bergelantungan. Pada pukul 16.00 nyamuk ini aktif kembali untuk mencari makan. Inilah kiranya menjadi sebab mengapa anak balita mudah terserang demam berdarah.

Upaya Penanggulangan
Adapun upaya yang dilakukan dalam penanganan dan penanggulangan KLB DBD di wilayah Ketapang adalah :
1.            Melakukan fogging wilayah dua siklus dimana satu minggu setelah siklus           pertama dilakukan fogging siklus kedua.
2.            Melakukan abatisasi di sekitar wilayah kejadian KLB DBD.
3.            Pembasmian sarang nyamuk/wadah tempat berkembang biaknya nyamuk         Aedes sp.
4.            Penyuluhan dilakukan dengan koordinasi lintas sektor dan lintas program           dalam upaya memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada             masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit dan juga kematian.
5.            Pembinaan terhadap petugas surveilans puskesmas dalam hal Sistem    Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa.
6.            Melakukan surveilans ketat hingga KLB dinyatakan berhenti.


Sumber referensi :


Siska Maulina Anggrianti
25010113130230
FKM UNDIP